Dampak El Nino bagi Indonesia adalah

Ayovacsindinkeskdi.id – Tahukah Anda apa itu El Nino dan dampaknya bagi Indonesia? Indonesia diprediksi akan mengalami fenomena El Nino pada tahun 2023.

Masyarakat diminta bersiap jika fenomena kekeringan ini datang. Apa yang dimaksud dengan El Nino?

Belum lama ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memprediksi fenomena El Nino akan melanda Indonesia. Musim kemarau yang diprediksi akan terjadi di Indonesia tahun ini, akibat datangnya fenomena kekeringan tersebut.

Tak hanya kekeringan, datangnya fenomena ini bisa memicu kebakaran hutan dan lahan. BMKG memperkirakan hal itu karena saat ini curah hujan semakin berkurang.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, “Dengan adanya prediksi fenomena tersebut, berarti wilayah Indonesia telah berbalik arah mengalir ke Samudera Pasifik. Hal ini membuat Indonesia menjadi kering karena massa udara bergerak menuju Samudera Pasifik,” jelasnya dalam siaran pers. konferensi pada Jumat (27/1/2023).

Selama tiga tahun berturut-turut, Indonesia mengalami musim kemarau basah atau curah hujan yang berlebihan akibat fenomena La Nina yang mencapai 70 persen hingga 100 persen. Memasuki tahun 2023, intensitas La Nina terus melemah. Hal itu terlihat dari indeks ENSO atau El Nino Southern Osciliation 10 hari pertama Januari 2023 yang mencapai 10,08 dan menuju netral.

Dwikorita mengungkapkan musim kemarau akan berlangsung selama enam bulan ke depan di Indonesia. BMKG memprediksi curah hujan bulanan akan menurun dibandingkan tiga tahun terakhir.

Meski begitu, fenomena kekeringan ini tidak berlangsung lama, fenomena ini diperkirakan akan berakhir pada Oktober 2023.

Untuk mengetahui lebih jelas apa itu El Nino dan bagaimana dampaknya terhadap Indonesia? Berikut penjelasan lengkapnya.

Apa itu Fenomena El Nino

ilustrasi-kekeringan

Pada umumnya musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan April sampai Oktober. Waktunya tidak pasti dan bisa bergeser. Salah satu faktor yang dapat mengubah waktu musim kemarau adalah El Nino.

Kata El Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti anak Tuhan. Awalnya kata El Nino digunakan para nelayan di pantai Ekuador, untuk menunjukkan arus panas yang muncul saat Natal hingga bulan berikutnya.

Saat fenomena ini terjadi, jumlah ikan berkurang akibat arus panas. Sehingga membuat nelayan tidak bisa melaut, sehingga digunakan untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarga.

El Nino dapat diartikan sebagai fenomena naik atau memanasnya suhu permukaan laut atau SML di atas kondisi normal di Samudera Pasifik bagian tengah. Hal ini menciptakan potensi pertumbuhan awan di tengah Samudera Pasifik dan mengurangi curah hujan. Fenomena ini tidak hanya menimpa Indonesia, tetapi juga terjadi di Kawasan Amerika Latin.

Fenomena ini akan membuat suhu di dunia menjadi lebih hangat. Dan akan berdampak pada masalah pangan hingga biaya hidup.

Proses Terjadinya Fenomena El Nino

El Nino terjadi akibat peningkatan suhu di Samudera Pasifik di bagian tengah dan timur. Ini berisi suhu dan kelembaban udara di atasnya akan meningkat. Di daerah itu, yang akan terjadi adalah hujan lebih sering turun.

Fenomena ini menyebabkan berkurangnya curah hujan dan musim kemarau di Indonesia. Namun, di Wilayah Amerika Latin justru menyebabkan peningkatan curah hujan.

Meski fenomena ini terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur, terdapat Sirkulasi Walker yang berputar sejajar dengan ekuator. Di Indonesia sendiri, Walker Circulation akan meningkat atau membentuk konvergensi ketika netral. Hal ini menyebabkan terbentuknya awan ke langit.

Jika fenomena ini terjadi, Sirkulasi Walker akan melemah dan membuat sirkulasi berkurang di Indonesia. Melemahnya sirkulasi telah mengurangi pembentukan awan hujan, sehingga memicu musim kemarau di Indonesia.

Wilayah Indonesia Terdampak

Kepala BMBK Dwikorita Karnawati mengungkapkan beberapa wilayah di Indonesia akan terdampak El Nino. Penurunan curah hujan sudah mulai terjadi di beberapa daerah. Mulai dari Sumatera di tengah, sebagian Papua, dan Kalimantan di tengah.

Dwikorita mengatakan pada Februari untuk Riau, Jambi, dan Sumut terlihat coklat di peta, yang menandakan curah hujan bulanan semakin berkurang. Itu juga dianggap kekeringan.

Hal ini juga terjadi di Papua dan Sulawesi. Dwikorita juga meminta pemerintah daerah mewaspadai karhutla atau kebakaran hutan dan lahan. Dwikorita juga mengungkapkan daerah mana saja di bulan berikutnya yang akan terkena dampak El Nino.

Daerah lain di Indonesia yang mulai terdampak pada bulan berikutnya antara lain Pulau Madura, Nusa Tenggara, Riau dan Jawa Timur.

Demikian penjelasan mengenai apa itu El Niño yang dikabarkan melanda Indonesia. Semoga membantu.

Baca juga: