Contoh Cerpen Pendidikan | dosenpintar.com

Contoh Cerpen Pendidikan – Halo sobat dosenpintar.com dalam hal ini penulis akan memberikan berbagai bahasan yang kali ini akan menguraikan tentang Contoh Cerpen Pendidikan. Adapun pembahasan yang paling lengkap bisa sobat simak berikut dibawah ini.

Contoh Cerpen Pendidikan
Contoh Cerpen Pendidikan

Contoh Cerpen Pendidikan

Berikut ini merupakan contoh cerpen pendidikan yang bisa sobat baca dan pelajari.

Belajar dari yang Tak Pernah Diajar

Pagi itu aku sedang sarapan dengan sangat tenang tiba-tiba tersendak karena aku melihat jam sekarang pukul 7. Aku menggoes sepedaku. Sialnya gerbang sekolahku sudah ditutup dan dengan wajah kesal pak satpam berkata padaku di balik pintu gerbang.

Lalu dibukakannya pintu gerbang ini, namun aku bersama murid lain dihukum berdiri di lapangan basket hingga jam pertama selesai. Aku melirik pos satpam, tempat dimana laki-laki itu di setiap pagi datang dan juga bekerja sampai suatu sore hari tiba.

Namanya Pak Asep, namun anak-anak sering memanggilnya dengan “Mang Oray”, entah aku tak tau dari siapa orang pertama pencetus panggilan tersebut pada Pak Asep. Dia memang sangat popular di SMA Negeri 1 sebab dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya kepada murid laki-laki.

Lama setelah itu semakin akrab dengan satpam yang tersebut, kawan-kawanku selalu akan memanggilnya Mang Oray. Pernah suatu saat dia menceritakan kepadaku dan juga kawan-kawanku tentang dia sewaktu dan seusia kami.

“ Dulu, Mamang juga pernah sekolah seperti kalian. Tapi mamang tidak dapat melanjutkannya hingga selesai, karena orang tua mamang yang tidak bisa membiayainya” imbuh dia dengan senyum untuk menutupi.

“Kalian, harus bisa memanfaatkan kesempatan kalian untuk bersama mengais ilmu disini, makanya mamang suka sangat marah pada kalian yang suka terlambat masuk” sambungnya.

Dia kemudian masih melanjutkan ceritanya. Ternyata di dalam rumahnya dia menyediakan perpustakaan mini untuk mereka para tetangganya yang ingin sekolah namun mereka terkendala ekonomi keluarga. Aku pun menjadi sangat kagum dengan berbagai perjuangan Pak Asep. Ditengah biaya hidup yang kini semakin susah, kulit kian menjadi keriput serta rambut kian memutih, dia masih bisa selalu membantu orang-orang di sekitarnya. Terimakasih, Pak.

Manisnya Sebuah Hasil

Nabila merupakan siswi teladan yang sudah memasuki tahap semester akhir sekolah SMA, yang tandanya dia akan mulai menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Sedangkan Nadin ialah sahabatnya yang kini selalu menemani Nabila saat belajar dan mereka belajar di perpustakaan, bukan untuk belajar bersama, tapi dia lebih memilih untuk bercengkrama dengan ibu perpus.

Ujian Nasional pun yang sudah berakhir. Nabila, Nadin dan juga beberapa kawannya berjalan melewati lorong sekolah untuk menuju kelasnya. Setelah tiba di kelas, maka anak-anak kelas XII IPA sudah lebih dahulu berada di bangku masing-masing, menunggu wali kelasnya untuk membagikan amplop dengan berisi surat kelulusan. Nabila dan Nadin yang saling berpelukan dibangku untuk mereka, saling mendoakan.

Namun Nabila kini mendapatkan 2 amplop dengan secara bersamaan. Setelah seluruh siswa memperoleh amplopnya masing-masing, dengan secara bersamaan siswa XII IPA membuka amplop yang tersebut. Kegugupan, ketegangan dan jugakekhawatiran saat itu telah pecah. Seluruh siswa lulus, wali kelaspun kini ikut bahagia dengan kelulusan seluruh siswa.

“Alhamdulillah.., aku lulus” ucap Nabila pada saat membuka amplop yang pertama.

“Iya aku juga telah lulus, Bil…” sahut Nadin.

Dengan wajah yang penasaran Nabila membuka kembali amplop yang kedua tersebut. Dengan tangan yang sangat gemetar dia membaca isi amplop yang di dapat  tersebut. Ternyata isinya merupakan surat keterimanya dia sebagai penerima beasiswa kuliah yang ada di Turki.

Nadin yang tadinya itu hanya asik dengan bahagianya sendiri, turut ikut bahagia setelah mengetahui bahwa sahabatnya telah memperoleh beasiswa kuliah ke Turki.

Nadin yang mengetahui kalau sahabatnya ini merupakan orang yang sangat giat belajar. Setiap kali jam istirahat yang pertama berbunyi, dia memilih untuk ke dalam perpustakaan daripada untuk ke kantin. Menurutnya ke kantin dengan jam istirahat ke dua pun bisa. Jadi yang dia lebih memilih untuk memanfaatkan waktunya untuk mulai belajar di perpustakaan.

Ternyata benar, tidak ada untuk usaha yang sia-sia di bumi ini, semuanya sudah ada hasilnya, besar atau kecil.

Janganlah Menjadi Anak Nakal

Curang merupakan hal yang akan sangat merugikan bagi siapapun. Curang hanya akan dilakukan oleh orang yang tidak pernah bisa belajar.

Berbicara tentang curang, kisahnya dapat disimak dalam cerita yang awalnya dari seorang anak laki-laki dengan anma Anto, ia adalah murid paling bandel dan ia suka mencari masalah terus menerus di sekolah. Hampir seluruh guru tidak sanggup lagi memarahinya. Segala jenis hukuman telah diberikan dan Anto masih tidak mau berubah.

Seperti pagi ini, sebenarnya ada jadwal untuk upacara bendera sebab sekarang Hari Senin. Namun Anto yang juga bandel datang terlambat lagi dan yang pastinya kena hukuman pada Pak Kumis, guru paling dengan galak di sekolah. Anto pun yang diminta untuk berdiri di sisi lapangan hingga upacara selesai. Setelah itu, ia juga harus membersihkan toilet siswa laki-laki dan juga perempuan. Pak Kumis sebenarnya lelah untuk menghukum murid itu.

Anto menjalani hukuman dengan rasa yang biasa saja. Ia tidak ada sedikitpun perasaan malu atau juga bersalah sama sekali. Hal itu yang terus berlanjut sampai di kemudian hari, Anto menjaili anak perempuan hingga menangis. Gara-gara itu, Anto menjadi dibenci oleh satu kelas. Tidak ada yang mau lagi berteman dengan anak nakal sama seperti Anto lagi, bahkan sahabatnya, Indra.

Lama kelamaan Anto ini akhirnya sadar bahwa seluruh perbuatan yang telah dilakukannya merupakan kesalahan. Ia jadi tidak memiliki teman karena sikapnya yang sangat nakal dan pembuat onar selama di sekolah. Cerpen pendidikan ini untuk mengajarkan supaya tidak berbuat jahat dengan orang lain sebab hanya akan merugikan untuk diri sendiri saja.

Gotong Royong Kos Idjo

Aku, teman-teman dan juga seluruh penghuni Kos Idjo telah berkumpul di depan mushola, untuk mereka merumuskan konsep gotong royong di besok sore. Mulai dari peralatan yang kini harus digunakan hingga untuk pembagian tugas tiap masing masing dengan orang.

“Dikarenakan musim kemarau yang juga berkepanjangan di daerah kita, halaman Kosan Idjo dengan beberapa pekan ini penuh dengan kumpulan sampah dedaunan kering hingga sampah ranting yang telah berjatuhan memenuhi halaman. Untuk itu, besok yang sore ibu meminta bersama bergotong royong membersihkan sampah itu” Buka ibu kos.

Setelah itu, ibu kos kini membagi kami menjadi beberapa kelompok, serta pembagian untuk area mana saja yang akan kami bersihkan. Tidak lupa beliau akanmengingatkan kepada kita bahwa kegiatan ini semata-mata untuk sebuah kenyamanan bersama.

Keesokan harinya yang selepas ba’da ashar, telah berkumpul untuk di lokasi yang ditentukan. Pekerjaan pun akan dimulai, sampah mulai untuk dibersihkan dan diangkut ke dalam pembuangan akhir. Aku berada satu regu dengan kumpalan kawanku yang bernama Putu. Kita akan membersihkan halaman depan gedung 1, yang tepat di depan kamarku dan juga kamarnya.

“Put, lo haus ga? Gue mau beli minum nih yang ada di warung depan, mau nitip ga?” tanyaku pada putu.

“Engga deh, di kamar gue itu masih ada minuman dingin, ko.” Balas putu.

Bersih-bersih pun kini sudah selesai, semua berkumpul lagi, kemudian dating ibu kos membuka percakapan kembali.

“Terima kasih saya ucapkan untuk seluruh yang sudah berpartisipasi pada gotong royong ini, tanpa sobat semua, mungkin pekerjaan kita ini tidak akan selesai secepatnya ini..” ucap ibu kos.

Di sela rasa lelah yang telah menggerogoti badan, aku kini bergumam dalam hati.

“Ternyata, suatu pekerjaan yang telah dikerjakan bersama-sama, akan bisa menghemat banyak waktu dan tenaga, terlebih lagi ada pendidikan non formal seperti inilah yang akan penting untuk mendidik diri sendiri supaya senantiasa hidup untuk bersosial dengan lingkungan di sekitar.” Ujarku sambil tersenyum menghela napas.

Meminta Lebih Baik dari Mencuri

Hari ini, aku pulang kuliah yang lebih cepat dari biasanya, dikarenakan untuk dosen mata kuliah di jam dengan terakhir berhalangan masuk. Aku pun hadir bergegas pulang, sekitar pukul 15.00 tiba di rumah. Namun, aku untuk melihat ibu seperti orang dengan kebingungan mencari sesuatu. Ternyata ia dengan kehilangan uang kembalian belanjaannya.

Aku pun untuk membantunya tetapi hasilnya pun nihil. Ibu pun dengan pasrah dan aku ke luar rumah dengan kembali karena lupa ada yang harus bisa dibeli. Di jalan dengan dekat warnet, aku bertemu bersama adeku.

“De, sobat main di sini emang ibu kasih uang ke kamu? Kan kamu juga lagi dihukum ga dikasih uang jajan tah hari ini?” tanyaku dengan muka yang yakin kalo dia pasti akan mengambil uang ibu. “oh, kaka tau kamu yang ambil uang ibu yang di atas meja, ya!?” sambungku.

“I..ii..iya kak, aku kini ambil uang ibu, tapi Cuma aku gunakan 5 ribu doang kok, kak.” Jawab dia dengan ketakutan.

“Ayo naik ke atas motor, nanti juga jelasin sama ibu..” ucapku sembari membawanya untuk pulang.

Sesampainya di rumah, dia yang langsung jujur dan akan menceritakan semuanya kepada ibu. Aku dan juga ibu langsung menasehatinya dengan sebaik mungkin.

“De, ibu lebih yang menghargai kamu meminta kepada ibu, sekalipun kamu sedang dihukum. Dari pada kamu mencuri seperti ini kan ini tidak baik” kata ibu sambil mengelus rambut adikku.

Dia hanya tertunduk malu dengan rasa malu dan rasa bersalahnya yang terpampang jelas dari wajahnya sekarang. Setalah dinasehati, adikku kini mengakui kesalahannya, untuk meminta maaf kepada ibu dan juga aku, serta benar-benar berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari.

Mengajarkan Tentang Bersikap Rendah Hati

Ada seorang anak yang bernama Fitri, dia adalah murid kelas 6 SD yang amat sangat pintar dan juga baik hati.Di sekolah yang sangat banyak teman menyukainya sebab sikapnya tersebut. Tidak jarang, semua yang ingin berteman dengan Fitri. Ada lagi satu anak perempuan bernama Ita, ia kini berbanding terbalik dengan Fitri. Ia pintar namun ia sangat sombong. Temannya hanya pernah dua yaitu Lisa dan Lily, gadis kembar di sekolahnya.

Suatu hari, Ibu guru yang mengumumkan bahwa akan ada sebuah perlombaan membaca pidato dalam dua minggu lagi. Bu Yati selaku wali kelas 6 akan membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin untuk ikut seleksi. Fitri dan Ita jelas akan ikut berpartisipasi. Setiap hari mereka selalu bisa latihan membaca pidato supaya lolos seleksi. Sampai hari penyeleksian telah tiba, keduanya akan memberikan tampilan yang memukau lalu akan dinyatakan lolos.

Saat hari perlombaan yang tiba, Ita terus saja akan membanggakan dirinya, menyatakan bahwa pasti ia akan mendapat juara. Sebab jika sebelumnya dia juga pernah akan menjadi juara waktu kelas 5 SD yang ada di lomba pidato. Berbeda dengan Fitri, ia tidak ada henti-hentinya berdo’a dan juga berlatih, mencoba untuk menghafal kembali tesk dengan pidato. Ita pun dipanggil terlebih lebih dulu, sang juara kelas 5 SD kini akan mendadak lupa teks pidato yang telah dihafalnya.

Setelah itu, Fitri maju dan akan memberikan penampilan yang kini sangat bagus. Semua juri dengan kagum termasuk Bu Yati yang ketika datang untuk menemani mereka bersama lomba. Pengumuman pun kini tiba, Fitri keluar menjadi juara 1 yang sedangkan Ita harus menahan air matanya sebab dia tidak menang dan sama sekali.

Kejujuran Itu Nomor Satu

Cerpen pendidikan selanjutnya yang dapat memberikan contoh kepada peserta didik ialah mengenai pentingnya untuk berbicara jujur. Kisah ini dimulai pada seorang anak laki-laki yang bernama Bagas sedang bersama berjalan dengan kedua sahabtnya, Tio dan Soni. Mereka pun kini berhenti di warung Mpok Ijah, berniat untuk bersama membeli gorengan karena lapar setelah lelah bermain layangan di lapangan sepak bola.

Ketika itu, Tio yang melihat anak laki-laki sedang berdiri tegak di samping warung Mpok Ijah. Gerak geriknya itu sangatlah mencurigakan, ia pun kini memberitahukannya kepada Bagas dan juga Soni. “Eh kau lihat anak itu? Sedang apa ya dia disana?” Tanya Tio kepada kedua sahabatnya. “Jangan-jangan dia mau maling di warungnya Mpok Ijah.” Tuduh Soni. Bagas pun kini menegur Soni, katanya jangan berbicara yang kini tidak-tidak tanpa bukti.

Mereka pun kini menghampiri warung Mpok Ijah. Ternyata ada laki-laki itu sedang bermain petak umpet. Pada saat hampir ketahuan, ia pun kini berlari dan tidak sengaja ia menabrak rak piring basah yang ada di depan warung. Piring pun kini menjadi pecah dan Mpok Ijah kaget setelah melihat itu.” Siapa yang telah mecahin piring?” Tidak ada yang kini berani mengaku sebab wajah Mpok Ijah yang sangat seram. Bagas pun dengan akhirnya mengatakan siapa pelakunya.

Sang pelaku kini tidak mau mengaku dan kini menyalahkan Bagas sebab dia telah menabraknya. Soni dan Tio lalu akan membela Bagas dan tiba-tiba salah seorang pembeli juga telah mengatakan bahwa bukan Bagas pelakunya. Melihat hal itu, ia pun kini mengaku salah dan meminta maaf sebab telah berbohong. Ternyata cerpen pendidikan yang satu ini telah mengajarkan tentang bahwa kejujuran itu akan selalu menang.

Sekian pembahasan artikel yang telah membahas tentang Contoh Cerpen Pendidikan. Dalam hal ini penulis sangat berharap artikel ini dapat memberikan manfaat untuk sobat semua yang telah hadir membaca.

Baca Juga :