Beberapa Teladan Nabi untuk Diteladani Istrinya

Teladan Nabi kepada istrinya – Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia pilihan Allah yang menjadi panutan bagi umat manusia.

Teladan Rasulullah SAW tidak hanya dalam urusan ibadah, tetapi dalam hal muamalah/interaksi sosial termasuk hubungan dalam rumah tangga.

Karena sebagai makhluk Tuhan yang hidup membutuhkan makhluk lain, manusia tidak akan dapat hidup dengan baik jika tidak memiliki hubungan sosial.

Maka sunnah nabi kepada seluruh umatnya untuk melangsungkan pernikahan, sebagaimana bunyi hadits berikut ini:

Cara Menghubungkan Kartu Kredit (رواه ابن ماجه من رواية عائشة)

Yang artinya : “Nikah adalah sunnahku, siapa yang tidak menyukainya, bukan kelompokku!” (HR. Ibnu Majah dari riwayat ‘Aisyah).

Hakikat Pernikahan

Hakikat Pernikahan

Menurut hukum Islam, dalam bahasa Arab kata nikah berasal dari “an-nikahu” yang berarti terjalinnya hubungan antara dua pihak (laki-laki dan perempuan).

Pada hakekatnya, perkawinan merupakan salah satu bentuk perintah Allah dalam upaya mempersatukan kehidupan laki-laki dan perempuan.

Dan semua itu terjadi karena ada dasar rasa cinta dan kasih sayang hanya karena Allah SWT.

Acara pernikahan identik dengan ucapan yang mengandung makna dengan melafalkan lafadz” Sakinah, Mawadah, Warohmah “.

Intinya, dasar ungkapan ini adalah hasil pemahaman para ulama terhadap surat A-Rum ayat 21 dalam kitab suci Al-Qur’an.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ – ٢١

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah mempersekutukan dari jenismu sendiri.

Sehingga kamu cenderung bersikap tenang terhadap pasanganmu, dan Allah menjadikan cinta dan kasih sayang di antara kamu, sesungguhnya itu adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir”. (QS Ar-Rum) [21]).

Teladan Bukti Nabi kepada Istrinya

Teladan Bukti Nabi kepada Istrinya

Rasulullah SAW yang memiliki sosok sebagai panutan manusia bagi umat Islam, telah mencontohkan berbagai perilaku yang baik.

Tidak ada ketentuan dan batasan dalam beramal, bahkan ketika Nabi Muhammad memperkenalkan Islam, beliau tidak serta merta menggunakan kekerasan.

Sebaliknya, beliau menyampaikan ajaran kepada umatnya dengan sifat sabar dan lembutnya.

Adapun rumah tangga, Nabi telah memberikan teladan yang mulia bagi istri-istrinya.

Jadi, tujuan perkawinan dalam kata “sakinah, mawadah, warohmah“bisa diwujudkan bukan hanya kata-kata.

Ada banyak kisah yang membuktikan keteladanan Nabi kepada istrinya, berikut penjelasannya:

Menghibur istrinya yang sedang sedih

Nabi adalah seorang suami yang memahami tindakan yang dilakukannya ketika menemukan istrinya sedang berduka.

Hal ini berkaitan dengan cerita bahwa pada suatu hari, istrinya yang bernama Hafshah binti Umar bin Khattab melemparkan kalimat “anak Yahudi” kepada Shafiyyah, salah seorang istri nabi.

Mendengar perkataan tersebut, Shafiyyah sedih dan kemudian mengadu kepada Rasulullah SAW. Memang, istri Nabi (Syafiyyah) adalah putri seorang pemimpin Yahudi yang dihormati yang berasal dari Bani Nadhir.

Ketika dia mengadu, nabi mencoba menenangkannya dengan mengatakan: “Kamu putri nabi, paman nabi, kamu juga di bawah naungan nabi. Apa yang bisa dia (Hafsah) banggakan darimu? ”.

Dari kalimat tersebut, Nabi Muhammad SAW berhasil menghibur istrinya yang sedang bersedih. Sehingga membuat kesedihan Shafiyyah berkurang. Itulah salah satu contoh Nabi kepada istrinya yang patut Anda teladani.

Jangan Pernah Membebani Istrinya

Adapun sifat keteladanan Nabi kepada istri-istrinya yang lain, beliau tidak pernah membebani istri-istrinya.

Nabi selalu melakukan pekerjaannya sendiri tanpa melibatkan bantuan istrinya.

Seperti suatu hari, pakaian Nabi sobek yang bisa diperbaiki dengan menjahit.

Nabi menjahit bajunya sendiri tanpa menyuruh istri-istrinya, padahal pekerjaan ini pada umumnya adalah pekerjaan perempuan.

Lebih dari itu, terkadang nabi membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah dan lain-lain.

Seperti yang telah disebutkan dalam sebuah riwayat dari istrinya yang bernama A’isyah.

“Nabi selalu melakukan pekerjaan rumah tangga, ketika waktu sholat tiba, dia keluar untuk sholat terlebih dahulu.”

Muhammad Adalah Suami Yang Romantis

Muhammad Adalah Suami Yang Romantis

Diambil dari kisah nabi dan istrinya yang merupakan anak dari salah seorang sahabatnya yang bernama Abu Bakar Radiyallahu Anhu.

Suatu ketika Nabi pernah menggigit daging ‘Aisyah lalu meminum air dengan menggunakan gelas yang pernah digunakan oleh ‘Aisyah.

Dan saat malam tiba, Nabi Muhammad mengajak ‘Aisyah jalan-jalan sambil ngobrol.

Perilaku nabi ini telah diriwayatkan dalam sebuah hadits yang berbunyi:

“Dulu, ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkumpul dengan Aisyah Radhiallahu anhaa di malam hari, Rasulullah SAW berbicara dengan putri Abu Bakar Radhiallahu anhumma”. (HR Bukhari)

Tindakan romantis yang dilakukan Nabi ini merupakan upaya agar cinta dan kasih sayang kepada istrinya tetap tumbuh di dalam hatinya.

Maka bagi Rasul, menjadi kekasih dan utusan Allah tidak menghalanginya untuk bersikap romantis kepada istri-istrinya.

Jangan Pernah Menyakiti Istri

Menjadi panutan bagi umat manusia, Nabi tidak pernah melakukan apapun yang menyakiti istrinya.

Salah satu sikap rasul yang sangat mulia dalam urusan rumah tangga bisa menjadi teladan bagi para suami.

Dikisahkan saat itu, ‘Aisyah binti Abu Bakar ra pernah berbicara dengan nada tinggi kepada Rasulullah SAW.

Sebagai sahabat setia, Abu Bakar tidak terima ketika mendengar cerita anaknya berbicara dengan nada tinggi kepada Nabi.

Meski sudah menjadi istri nabi, Abu Bakar tidak menyukai perbuatan anaknya.

Abu Bakar pun kesal dan ingin memukul Sayyidah ‘Aisyah, namun Nabi mencegahnya karena Nabi tidak ingin istrinya terluka padahal yang melakukannya adalah ayah kandungnya.

Pernyataan ini diperkuat dengan perkataan ‘Aisyah yang tertulis dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nasa’i:

Aisyah Radhiallahu anhaa pernah berkata: Suamiku tidak pernah memukul* istrinya sekali pun . (HR. Nasa’i).

Selalu Libatkan Istri Dalam Hal Apapun

Kemudian Nabi sangat pandai bagaimana menghargai keadaan istri-istrinya dengan selalu melibatkan mereka dalam hal-hal yang penting sekalipun.

Ketika berada dalam fase yang sangat kritis, Nabi curhat kepada istrinya dengan bercerita semata-mata mengharapkan solusi dari istrinya.

Seperti dalam kisah Nabi yang hendak menandatangani perjanjian Hudaibiyah. Di sisi lain, para sahabat Nabi melihat perjanjian tersebut berdampak buruk bagi umat Islam.

Setelah menandatangani perjanjian tersebut, Nabi mengajak seluruh sahabatnya untuk mencukur rambutnya sebelum tiba waktunya kembali ke Madinah, yakni dalam rangka mengikrarkan nazar.

Namun, para sahabat tidak mendengarkan ajakan Nabi kepada mereka. Sehingga membuat Nabi merasa kesal dengan ajakannya yang tidak ditanggapi.

Kemudian Nabi curhat kepada istrinya, Ummu Salamah. Seringkali Ummu Salamah adalah salah satu istri nabi yang bijaksana dan cerdas.

Setelah menceritakan kekesalannya kepada Ummu Salamah, Nabi bergegas keluar dari tenda tanpa berbicara sepatah kata pun.

Kemudian nabi menyembelih unta tersebut dan mencukur rambutnya sesuai anjuran/nasehat Ummu Salamah.

Beberapa menit kemudian, para sahabat mengikuti dan melakukan apa yang dilakukan oleh nabi.

Sikap nabi tersebut membuat sang istri merasa bahwa kehadirannya dalam kehidupan Nabi sangat berarti bagi Nabi.

Penutupan

Demikian artikelnya pendidikan mengenai keteladanan Nabi kepada istrinya, semoga bisa memberikan manfaat yang baik.

Ayovacsindinkeskdi.id terima kasih telah meluangkan sebagian waktu anda untuk berkunjung dan membacakan artikel keteladanan Nabi ini kepada istrinya sampai selesai.

Baca juga :