Hutan saat itu dilanda kemarau panjang. Akibatnya makanan habis dan sungai pun ikut mengering. Mau tidak mau, hewan hutan harus meninggalkan hutan untuk mencari makan. Kancil tidak terkecuali. Ia bingung mencari makan karena di hutan tidak ada sumber makanan.
“Di mana saya harus mencari makanan? Jika saya tinggal di hutan ini, saya akan kelaparan,” kata kancil.
Kancil keluar dari hutan. Saat dia sedang berjalan, dia tiba-tiba melihat ladang petani dipenuhi dengan ketimun yang sangat segar.
Seketika keinginan si kancil muncul untuk melahap timun segar tersebut.
“Hmmm… Kalau aku makan, mungkin tidak apa-apa untuk ketimun petani,” kata Kancil.
Hmm, timunnya ternyata enak banget. Tanpa sadar, Si Kancil memakan ketimun tersebut hingga perutnya kenyang. Kancil kembali dengan hati senang.
“Mengapa saya keluar dari hutan untuk repot-repot mencari makan. Di ladang petani tersedia banyak makanan,” kata Si Kancil.
Benar, hari-hari berikutnya, Kancil sering mengunjungi ladang petani. Dia memakan mentimun milik petani. Pada akhirnya, para petani menjadi geram dan sangat marah.
“Saya harus memberi pelajaran kepada pencuri mentimun saya. Tapi bagaimana caranya?” pikir si Petani.
Petani itu terus berpikir hingga akhirnya mendapatkan ide. Petani mengambil pakaian bekas, pita dan kelapa. Lalu dia menggabungkan semuanya, mengubahnya menjadi orang-orangan sawah. Kemudian dia menaruhnya di ladang mentimun.
“Petani yakin setelah dia memasang boneka sawah, pencuri akan takut,” kata petani.
Kancil yang lapar kembali ke ladang petani. Ia berharap bisa memakan timun tersebut secepatnya, kancil mengira di ladang ia akan kenyang sehingga ia tidak perlu bolak-balik ke ladang beberapa kali. Jika perlu, saya akan membawa pulang timun untuk saya makan,” kata Kancil.
Olala, betapa kagetnya si Kancil saat menemukan seseorang yang menjaga ladang petani. Kancil yang berniat mencuri, lalu bersembunyi, menunggu orang tersebut pergi.
Namun lama dia menunggu, orang ini juga tidak beranjak dari tempatnya. Kancil yang sudah sangat lapar akhirnya menyerah. Dia pulang tanpa mentimun.